Bicarakan Kasus Rasisme Evra, Suarez Serang MU
Montevideo - Striker Liverpool, Luis
Suarez membuka kembali kasus rasisme terhadap bek Manchester United
Patrice Evra. Suarez mengatakan dirinya menjadi korban dari pengaruh
yang dimiliki MU di Premier League.
Suarez dinyatakan bersalah dalam kasus dugaan rasisme terhadap Evra yang terjadi saat kedua tim berhadapan di Anfield pada Oktober 2011. Striker Uruguay itu dijatuhi skorsing delapan laga dan denda cukup besar.
Setelah kembali ke lapangan hijau, Suarez kembali mendapatkan sorotan negatif setelah tidak menjabat tangan bek internasional Prancis tersebut sebelum laga antara MU vs Liverpool di Old Trafford, Februari silam.
Dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Uruguay, RR Goal, Suarez membantah tak ingin menjabat tangan Evra.
"Itu merupakan salah paham, apa yang terjadi di antara aku dan Evra di Old Trafford saat kami hendak berjabat tangan. Faktanya, aku pikir semuanya telah diatur untuk melawanku lagi, seperti yang terjadi dengan hukuman yang dijatuhkan kepadaku," tuding Suarez.
"Aku berjanji kepada istriku, manajer dan direktur klub bahwa aku akan menjabat tangan Evra. "Kenapa tidak?" Aku pikir karena aku tak punya masalah dengan dia. Aku telah dihukum karena dia, tapi aku tak punya masalah dengan berjabat tangan."
"Media Inggris menunjukkan kejadian saat aku melintas di depan dia tapi mereka tak melihat kalau tangannya di bawah tanganku. Hanya media di Uruguay dan Spanyol yang menunjukkan hal tersebut bahwa aku ingin menjabat tangannnya."
Suarez lantas mengungkapkan masa-masa sulitnya selama menjalani proses pemeriksaan atas kasus tersebut. Disebutkan dia, semua itu dilakukan MU untuk menyingkirkan dia dari tim guna menghentikan Liverpool.
"Proses pengadilan sungguh rumit buatku. Aku harus pergi ke Manchester menggunakan taksi. Aku harus bangun pukul tujuh pagi dan sampai di rumah pukul sembilan malam. Aku kelalahan dan sangat capai. Aku ingin menangis dan menendang semua yang berada di sekitarku," lanjut dia.
"Aku sampai di rumah dan aku ingin melakukan semua itu tapi tak bisa karena putriku ada di rumah. Itulah hari-hari yang menyulitkan dan semua hal semakin sulit setelah sanksi tersebut."
"Orang-orang di klub yakin bahwa itu adalah cara Manchester United untuk menyingkirkanku dari tim dan menghentikan Liverpool. Tapi di Inggris, Man United punya kekuatan politik dan Anda harus menghormati itu serta menutup mulut Anda." Demikian yang dilansir Daily Mail.
Suarez dinyatakan bersalah dalam kasus dugaan rasisme terhadap Evra yang terjadi saat kedua tim berhadapan di Anfield pada Oktober 2011. Striker Uruguay itu dijatuhi skorsing delapan laga dan denda cukup besar.
Setelah kembali ke lapangan hijau, Suarez kembali mendapatkan sorotan negatif setelah tidak menjabat tangan bek internasional Prancis tersebut sebelum laga antara MU vs Liverpool di Old Trafford, Februari silam.
Dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Uruguay, RR Goal, Suarez membantah tak ingin menjabat tangan Evra.
"Itu merupakan salah paham, apa yang terjadi di antara aku dan Evra di Old Trafford saat kami hendak berjabat tangan. Faktanya, aku pikir semuanya telah diatur untuk melawanku lagi, seperti yang terjadi dengan hukuman yang dijatuhkan kepadaku," tuding Suarez.
"Aku berjanji kepada istriku, manajer dan direktur klub bahwa aku akan menjabat tangan Evra. "Kenapa tidak?" Aku pikir karena aku tak punya masalah dengan dia. Aku telah dihukum karena dia, tapi aku tak punya masalah dengan berjabat tangan."
"Media Inggris menunjukkan kejadian saat aku melintas di depan dia tapi mereka tak melihat kalau tangannya di bawah tanganku. Hanya media di Uruguay dan Spanyol yang menunjukkan hal tersebut bahwa aku ingin menjabat tangannnya."
Suarez lantas mengungkapkan masa-masa sulitnya selama menjalani proses pemeriksaan atas kasus tersebut. Disebutkan dia, semua itu dilakukan MU untuk menyingkirkan dia dari tim guna menghentikan Liverpool.
"Proses pengadilan sungguh rumit buatku. Aku harus pergi ke Manchester menggunakan taksi. Aku harus bangun pukul tujuh pagi dan sampai di rumah pukul sembilan malam. Aku kelalahan dan sangat capai. Aku ingin menangis dan menendang semua yang berada di sekitarku," lanjut dia.
"Aku sampai di rumah dan aku ingin melakukan semua itu tapi tak bisa karena putriku ada di rumah. Itulah hari-hari yang menyulitkan dan semua hal semakin sulit setelah sanksi tersebut."
"Orang-orang di klub yakin bahwa itu adalah cara Manchester United untuk menyingkirkanku dari tim dan menghentikan Liverpool. Tapi di Inggris, Man United punya kekuatan politik dan Anda harus menghormati itu serta menutup mulut Anda." Demikian yang dilansir Daily Mail.
0 KOMENTAR: