Tangis Balotelli di Pelukan Sang Ibu
Warsawa - Di lapangan, Mario Balotelli punya citra
sebagai sosok yang keras dan tak ragu-ragu untuk menghukum lini belakang
lawan. Tapi, di mata sang ibu, ia adalah sosok yang pemalu, yang bahkan
tak ragu-ragu untuk menangis di pelukannya.
Balotelli memang begitu. Di balik ketajamannya di atas lapangan, ia juga dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Tak jarang tindakan nyeleneh-nya di luar lapangan menjadi headline di media-media Inggris sana. Mungkin Anda masih ingat bagaimana dirinya bermain kembang api di dalam rumahnya sendiri, sehingga menyebabkan rumahnya itu terbakar.
Tidak sampai di situ saja. Ia juga pernah berselisih paham dengan Roberto Mancini dalam sebuah laga pra-musim. Ketika itu Mancini kesal atas tindakannya yang melakukan tendangan dengan kaki belakangnya, padahal ia punya ruang tembak yang sangat luas. Alhasil, peluang Manchester City untuk membuat gol pun gagal.
Apa alasan Balotelli atas tindakannya itu? Ia menyangka dirinya sudah terperangkap dalam posisi off-side.
Alasan sederhana jugalah yang ia lontarkan ketika dirinya dikritik ketika tidak berselebrasi usai mencetak gol. Bomber berdarah Ghana itu dengan santai mengatakan bahwa tak ada tukang pos yang berselebrasi usai mengirimkan surat, jadi begitu juga dirinya, seorang penyerang yang baru saja menunaikan kewajiban utamanya: mencetak gol.
Tapi, Balotelli gerah juga. Usai mencetak gol ke gawang Jerman ia berselebrasi dengan membuka kaosnya. Tanpa ampun, wasit pun memberinya kartu kuning. Apa alasannya kali ini? "Dia bilang, dia kesal karena semua orang mengkritiknya. Makanya dia memilih untuk berbuat sesuatu," ungkap sang ibu, Silvia, seperti dilansir Football Italia.
"Anak saya bilang, dia bukanlah sosok yang arogan. Tapi, dia merasa ada sesuatu yang spesial di dalam dirinya. Dan itulah yang dia katakan," lanjut Silvia.
Silvia memang bukan orang tua kandung Balotelli. Bersama suaminya, Francesco, dialah yang merawat pemain berusia 21 tahun itu ketika kecil, ketika orang tua kandungnya dililit kesulitan. Silvia-lah yang membesarkan Balotelli dan akhirnya kepadanya jugalah Balotelli menangis di pelukan.
Segera setelah laga melawan Jerman di Warsawa itu, ia menghampiri tribun tempat Silvia berada dan memeluknya.
"Ketika dia merasa kesulitan, dia akan mengunci dirinya. Dan itulah yang terjadi sebelum pertandingan melawan Irlandia. Kami kesulitan untuk menghubunginya dan dia tidak membalas pesan singkat dari saya. Karena itulah saya akhirnya menangis bahagia."
"Dua gol itu adalah dua gol yang indah dan pertandingan itu adalah pertandingan penting yang membebaskannya. Talenta dan kejeniusannya keluar dari dalam dirinya. Akhirnya, ia bisa membuktikan apa yang bisa lakukan."
"Sangat sulit untuk melihat Mario menangis. Mungkin terakhir kali dia menangis adalah karena (Jose) Mourinho. Sangat sulit juga bagi dirinya memeluk saya di depan banyak orang. Sebagai pemuda, dia tentu malu terlihat bersama ibunya. Tapi, pada saat itu dia terlalu bahagia."
"Dia berbisik ke telinga saya untuk membawakannya hadiah dan meminta ayahnya juga hadir di Kiev. Saya pulang ke Italia, tapi kami berdua akan hadir di sana pada hari Minggu nanti," papar Silvia.
Balotelli memang begitu. Di balik ketajamannya di atas lapangan, ia juga dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Tak jarang tindakan nyeleneh-nya di luar lapangan menjadi headline di media-media Inggris sana. Mungkin Anda masih ingat bagaimana dirinya bermain kembang api di dalam rumahnya sendiri, sehingga menyebabkan rumahnya itu terbakar.
Tidak sampai di situ saja. Ia juga pernah berselisih paham dengan Roberto Mancini dalam sebuah laga pra-musim. Ketika itu Mancini kesal atas tindakannya yang melakukan tendangan dengan kaki belakangnya, padahal ia punya ruang tembak yang sangat luas. Alhasil, peluang Manchester City untuk membuat gol pun gagal.
Apa alasan Balotelli atas tindakannya itu? Ia menyangka dirinya sudah terperangkap dalam posisi off-side.
Alasan sederhana jugalah yang ia lontarkan ketika dirinya dikritik ketika tidak berselebrasi usai mencetak gol. Bomber berdarah Ghana itu dengan santai mengatakan bahwa tak ada tukang pos yang berselebrasi usai mengirimkan surat, jadi begitu juga dirinya, seorang penyerang yang baru saja menunaikan kewajiban utamanya: mencetak gol.
Tapi, Balotelli gerah juga. Usai mencetak gol ke gawang Jerman ia berselebrasi dengan membuka kaosnya. Tanpa ampun, wasit pun memberinya kartu kuning. Apa alasannya kali ini? "Dia bilang, dia kesal karena semua orang mengkritiknya. Makanya dia memilih untuk berbuat sesuatu," ungkap sang ibu, Silvia, seperti dilansir Football Italia.
"Anak saya bilang, dia bukanlah sosok yang arogan. Tapi, dia merasa ada sesuatu yang spesial di dalam dirinya. Dan itulah yang dia katakan," lanjut Silvia.
Silvia memang bukan orang tua kandung Balotelli. Bersama suaminya, Francesco, dialah yang merawat pemain berusia 21 tahun itu ketika kecil, ketika orang tua kandungnya dililit kesulitan. Silvia-lah yang membesarkan Balotelli dan akhirnya kepadanya jugalah Balotelli menangis di pelukan.
Segera setelah laga melawan Jerman di Warsawa itu, ia menghampiri tribun tempat Silvia berada dan memeluknya.
"Ketika dia merasa kesulitan, dia akan mengunci dirinya. Dan itulah yang terjadi sebelum pertandingan melawan Irlandia. Kami kesulitan untuk menghubunginya dan dia tidak membalas pesan singkat dari saya. Karena itulah saya akhirnya menangis bahagia."
"Dua gol itu adalah dua gol yang indah dan pertandingan itu adalah pertandingan penting yang membebaskannya. Talenta dan kejeniusannya keluar dari dalam dirinya. Akhirnya, ia bisa membuktikan apa yang bisa lakukan."
"Sangat sulit untuk melihat Mario menangis. Mungkin terakhir kali dia menangis adalah karena (Jose) Mourinho. Sangat sulit juga bagi dirinya memeluk saya di depan banyak orang. Sebagai pemuda, dia tentu malu terlihat bersama ibunya. Tapi, pada saat itu dia terlalu bahagia."
"Dia berbisik ke telinga saya untuk membawakannya hadiah dan meminta ayahnya juga hadir di Kiev. Saya pulang ke Italia, tapi kami berdua akan hadir di sana pada hari Minggu nanti," papar Silvia.
0 KOMENTAR: