Bunker Era Diponegoro di Balai Kota Surakarta
Surakarta: Sebuah
bunker tua peninggalan zaman penjajahan diduga tersimpan di areal Balai
Kota Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta akan melakukan penggalian
dengan melibatkan Balai Arkeologi dan Balai Pelestarian Peninggalan
Purbakala (BP3) Jawa Tengah.
Kepala Bidang Pelestarian Heritage Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, Mufti Raharjo, mengatakan dugaan itu bermula dari pengakuan salah satu saksi sejarah. »Kemudian kami melakukan penelitian secara internal,” katanya, Rabu, 8 Agustus 2012. Penelitian tersebut dilakukan dengan menelusuri arsip-arsip kuno di sejumlah perpustakaan.
Dari hasil penelitian tersebut hampir bisa dipastikan jika bunker tua itu berada di bagian belakang kompleks balai kota. »Kami juga berhasil mendapatkan petanya,” kata Mufti.
Hasil penelitian itu didiskusikan bersama Balai Arkeologi dan BP3 Jawa Tengah. »Besok pagi akan mulai digali,” katanya.
Mufti mengatakan proses penggalian itu merupakan pintu masuk untuk mempelajari sejarah bunker tersebut. »Termasuk juga fungsi bunker yang kemungkinan cukup luas itu,” kata Mufti. Pihaknya juga akan meneliti keterkaitan bunker tersebut dengan beberapa bunker yang ada di lokasi lain.
Selain di balai kota, bunker peninggalan zaman penjajahan juga dijumpai di lokasi lain. »Di Kampung Laweyan juga ada beberapa rumah yang memiliki bunker,” katanya.
Bahkan, bunker tua juga bisa dijumpai di bekas rumah salah satu bangsawan keraton yang saat ini telah menjadi hotel.
Saat ini, lokasi yang diperkirakan menjadi pintu masuk bunker masih berupa gundukan tanah. Lokasinya berada di halaman Kantor Dharma Wanita yang baru saja dibongkar.
Salah satu pegiat Komunitas Solo Tempo Doeloe, Heri Priyatmoko, mengatakan keberadaan bunker di Balai Kota Surakarta cukup masuk akal. »Sejak zaman dahulu kompleks tersebut termasuk obyek vital karena digunakan sebagai kantor residen,” katanya. Fungsi bunker itu diduga sebagai tempat perlindungan jika terjadi peperangan.
Heri memperkirakan bunker itu dibuat sekitar 1928. »Pada masa perang Diponegoro,” katanya.
Pada saat itu Pemerintah Hindia Belanda benar-benar memperketat pengamanan di lokasi-lokasi penting. Bahkan, pada masa itu pasukan legion Mangkunegaran ikut dikerahkan untuk mengamankan Kantor Residen.
Dia yakin bunker yang ada di Balai Kota Surakarta itu tidak tersambung dengan bunker yang ada di lokasi lain. »Secara geografis tidak memungkinkan,” katanya. Sebab kompleks balai kota sejak dulu dikelilingi oleh sungai dan jalur drainase yang cukup besar.
Kepala Bidang Pelestarian Heritage Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, Mufti Raharjo, mengatakan dugaan itu bermula dari pengakuan salah satu saksi sejarah. »Kemudian kami melakukan penelitian secara internal,” katanya, Rabu, 8 Agustus 2012. Penelitian tersebut dilakukan dengan menelusuri arsip-arsip kuno di sejumlah perpustakaan.
Dari hasil penelitian tersebut hampir bisa dipastikan jika bunker tua itu berada di bagian belakang kompleks balai kota. »Kami juga berhasil mendapatkan petanya,” kata Mufti.
Hasil penelitian itu didiskusikan bersama Balai Arkeologi dan BP3 Jawa Tengah. »Besok pagi akan mulai digali,” katanya.
Mufti mengatakan proses penggalian itu merupakan pintu masuk untuk mempelajari sejarah bunker tersebut. »Termasuk juga fungsi bunker yang kemungkinan cukup luas itu,” kata Mufti. Pihaknya juga akan meneliti keterkaitan bunker tersebut dengan beberapa bunker yang ada di lokasi lain.
Selain di balai kota, bunker peninggalan zaman penjajahan juga dijumpai di lokasi lain. »Di Kampung Laweyan juga ada beberapa rumah yang memiliki bunker,” katanya.
Bahkan, bunker tua juga bisa dijumpai di bekas rumah salah satu bangsawan keraton yang saat ini telah menjadi hotel.
Saat ini, lokasi yang diperkirakan menjadi pintu masuk bunker masih berupa gundukan tanah. Lokasinya berada di halaman Kantor Dharma Wanita yang baru saja dibongkar.
Salah satu pegiat Komunitas Solo Tempo Doeloe, Heri Priyatmoko, mengatakan keberadaan bunker di Balai Kota Surakarta cukup masuk akal. »Sejak zaman dahulu kompleks tersebut termasuk obyek vital karena digunakan sebagai kantor residen,” katanya. Fungsi bunker itu diduga sebagai tempat perlindungan jika terjadi peperangan.
Heri memperkirakan bunker itu dibuat sekitar 1928. »Pada masa perang Diponegoro,” katanya.
Pada saat itu Pemerintah Hindia Belanda benar-benar memperketat pengamanan di lokasi-lokasi penting. Bahkan, pada masa itu pasukan legion Mangkunegaran ikut dikerahkan untuk mengamankan Kantor Residen.
Dia yakin bunker yang ada di Balai Kota Surakarta itu tidak tersambung dengan bunker yang ada di lokasi lain. »Secara geografis tidak memungkinkan,” katanya. Sebab kompleks balai kota sejak dulu dikelilingi oleh sungai dan jalur drainase yang cukup besar.
0 KOMENTAR: