Mario Balotelli 'Si Bengal'
Mario Balotelli adalah manusia unik, perpaduan antara aset dan beban.
Dengan temperamen yang mudah meledak, dia sering membuat masalah. Namun,
di sisi lain, bakatnya yang hebat kerap membuatnya menjadi game winner. Situasi ini selalu membuat pelatihnya dalam posisi sulit.
Saat
Pelatih Italia Cesare Prandelli memasukkan nama Mario Balotelli ke
dalam skuadnya, banyak rekan sejawatnya yang mengingatkan, dia akan
mendapat banyak masalah. Namun, Prandelli bukan tipe orang yang suka
menghindari masalah. Baginya, Balotelli adalah tantangan besar, bagian
dari ambisi tertingginya sebagai manajer. ”Saya menerima tantangan ini.
Mario sendiri sudah berjanji untuk menjaga perilakunya,” ujar Prandelli.
Bersama
Balotelli, Prandelli yakin dirinya tidak sedang berjudi atau
mempertaruhkan tim ”Azzurri” yang datang ke Euro 2012 dengan kembali
dibayangi kasus suap. Dia tampaknya belajar dari pengalaman koleganya,
Roberto Mancini, Pelatih Manchester City, klub tempat Balotelli
bernaung.
Mancini pernah berada dalam situasi paling sulit di
sepanjang kariernya ketika mengalami serentetan masalah nonteknis akibat
ulah Balotelli (dan Carlos Tevez) menjelang usainya Liga Inggris.
Namun, dengan pengalamannya yang hebat, Mancini bahkan sukses mendorong
Balotelli dan Tevez tampil maksimal untuk mengantarkan ”The Citizen”
kembali jadi juara Inggris setelah 46 tahun.
Jelas, bagi Mancini
maupun Prandelli, Balotelli adalah aset meskipun potensinya menjadi
beban juga besar. Mancini paham benar situasi ini sehingga dia lebih
banyak melakukan pendekatan pribadi kepada Balotelli yang sering membuat
ulah.
Seperti kata Mancini, sebagai pemain, Balotelli punya
segalanya untuk jadi pemain hebat. Inteligensinya yang di atas rata-rata
membuatnya mampu melakukan manuver-manuver brilian, mencetak gol dan
membawa timnya menang. Namun, perilakunya memang cenderung merusak
dirinya sendiri. Kartu merah adalah hukuman yang cukup sering dia
terima. Kelakuannya di luar lapangan lebih merepotkan lagi. Pers Italia
menjulukinya ”pembuat ulah nomor wahid”.
Pada suatu kesempatan,
Mancini pernah berujar, menjadi manajer Balotelli adalah pengalaman luar
biasa. Bukan sebagai pelatih sepak bola, melainkan sebagai manusia.
Balotelli,
21 tahun, dilahirkan di Palermo. Orangtuanya adalah imigran Ghana,
Thomas Barwuah dan Rose. Sejak lahir, Balotelli punya masalah dengan
usus dan pencernaannya yang membuatnya harus mengalami beberapa kali
operasi. Biaya kesehatannya yang mahal memaksa orangtuanya menyerahkan
Balotelli kecil kepada departemen sosial untuk dicarikan keluarga yang
mampu mengurus dan membiayai perawatannya.
Pada usia tiga tahun,
Mario kecil diserahkan kepada keluarga Francesco dan Silvia Balotelli
melalui penetapan pengadilan Brescia. Francesco dan Silvia yang
mengetahui bakat sepak bolanya mendukung penuh mimpi Balotelli untuk
menjadi bintang lapangan hijau.
Ketika menginjak remaja dan mulai
tenar setelah dikontrak klub elite Internazionale, orangtua kandungnya
meminta kembali hak pengasuhan. Ini membuat Balotelli kecewa dan menuduh
Thomas dan Rose mau ”memeluknya” kembali saat dirinya sudah tenar.
Kekecewaan Balotelli bertambah karena Francesco dan Silvia ternyata
tidak ingin mengadopsinya secara penuh. Ini membuat Balotelli baru bisa
punya kewarganegaraan Italia saat berusia 18 tahun.
Dibesarkan
sebagai anak ”adopsi” dan merasa dibuang oleh orangtua kandungnya
tampaknya sangat memengaruhi kejiwaan Balotelli. Hubungannya yang tidak
harmonis dengan kedua orangtua angkatnya membuat perilaku Balotelli
makin liar dan kerap bertingkah seperti anak kecil yang ingin mendapat
perhatian dari orang sekitarnya.
Sama seperti Mancini, Prandelli
menyadari benar potensi sekaligus risiko keberadaan Balotelli di dalam
tim. Namun sepertinya Prandelli lebih percaya pada potensi sehingga
memberikan Balotelli dua kesempatan menjadi starter saat Italia
menghadapi Spanyol dan Kroasia. Penampilannya tidak terlalu menonjol
meski punya kontribusi besar dalam strategi menyerang ”Azzurri”.
Pada
laga penentuan melawan Irlandia, posisi Balotelli digantikan Antonio Di
Natale, pemain yang mencetak gol saat melawan Spanyol. Balotelli
gelisah di bangku cadangan, dan bahasa tubuhnya menunjukkan kemarahan
luar biasa kepada Prandelli. Menit ke-74, Balotelli masuk menggantikan
Di Natale dan, menjelang peluit akhir, pemain yang juga dijuluki ”The
Magician” ini membuat gol akrobatik menawan. Meski ditarik kostumnya
oleh John O’Shea sehingga kehilangan keseimbangan, Balotelli tetap bisa
melakukan tendangan salto untuk menaklukkan kiper Shay Given.
Begitu
mencetak gol, Balotelli terlihat mengeluarkan kata-kata dengan urat
leher menegang. Bek Leonardo Bonucci yang paling dekat dengannya
langsung memeluk pundak dengan satu tangan, sementara tangan lainnya
membekap mulut Balotelli. Dalam pengakuan setelahnya, Bonucci
mengatakan, tidak tahu persis apa yang dikatakan Balotelli karena
diucapkan dalam bahasa Inggris.
Hingga kini apa yang dikatakan
Balotelli masih misteri dan hanya dia sendiri serta Bonucci yang tahu.
Tampaknya Bonucci melindungi Balotelli agar pemain temperamental itu
tidak semakin liar mengumbar kata-kata kasar kepada Prandelli.
Prandelli
tampaknya tahu Balotelli memaki dirinya, tetapi dia tidak menganggap
hal itu sebagai masalah besar. Prandelli sejak awal sadar, menangani
Balotelli adalah tantangan tersendiri. Impian suksesnya sebagai manusia,
seperti kata Mancini. Barangkali, kalaupun Italia tak bisa jadi juara,
Prandelli bisa dianggap sukses jika mampu mengendalikan ”si bengal”
Balotelli.
Super Mario
BalasHapus