3 Penyebab Hasil Survei Beda dengan Quick Count
JAKARTA- Hasil penghitungan cepat atau quick count
Pemilukada DKI Jakarta pada 11 Juni lalu mengagetkan semua pihak.
Betapa tidak, hasilnya berbanding terbalik dengan survei yang selalu
mengunggulkan calon incumbent. Apa penyebabnya?
Dalam diskusi bertajuk "Pilkada DKI: Perilaku Pemilih Rasional, Pemilih yang Berdaulat," di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, Toto Sugiarto, mengatakan, ada tiga kesalahan yang dilakukan lembaga survei sehingga hasilnya survei berbeda dengan hasil hitung cepat.
"Pertama adalah salah potret, ada kantong suara yang terlewatkan atau tidak terdeteksi oleh lembaga survei tersebut," kata dia, Minggu (15/7/2012).
Pemilihan warga yang disurvei, tambah Toto, juga sebagian besar ibu rumah tangga karena paling mudah dijangkau. "Sementara, pemilih pemula yang memiliki kemungkinan sebagai swing voter terbesar justru tidak tertangkap oleh lembaga survei ini," sambungnya.
"Pemilih pemula ini umumnya anak sekolah yang sulit ditemui saat jam-jam survei karena mereka sedang sekolah," ujar Toto.
Kedua, kata dia, wilayah Jakarta memiliki jumlah massa mengambang yang sangat besar dibandingkan daerah lain. Saat disurvei umumnya massa ini akan menjawab ragu-ragu atau tidak tahu pilihannya. "Massa mengambang yang cair ini membuat survei kerap salah dan justru berbalik hasilnya," jelasnya.
"Ketiga, adanya konflik lembaga survei yang merangkap sebagai konsultan politik juga membuat hasil survei menjadi berat sebelah. Karena terkadang pertanyaan yang diajukan kepada warga mengarah untuk memilih ke salah satu pasangan calon," katanya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa tiga kesalahan ini yang tidak disadari oleh lembaga survei sehingga dapat mengatakan bahwa pasangan nomor urut satu akan menang mudah pada Pilkada DKI Jakarta 2012 yang menawarkan enam pasang calon.
"Selain itu, berbagai lembaga survei ini juga tampak tidak membaca angin perubahan yang berembus di tengah warga Jakarta," tegasnya.
Seperti diketahui, pasangan calon incumbent, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli kalah telak dari pasangan Joko Widodo-Basuki T Purnama dalam hitung cepat semua lembaga survei. Pasangan Foke-Nara meraih sekira 32 persen suara. Sementara, pasangan Joko Widodo-Basuki meraih rata-rata 44 persen.
Dalam diskusi bertajuk "Pilkada DKI: Perilaku Pemilih Rasional, Pemilih yang Berdaulat," di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, Toto Sugiarto, mengatakan, ada tiga kesalahan yang dilakukan lembaga survei sehingga hasilnya survei berbeda dengan hasil hitung cepat.
"Pertama adalah salah potret, ada kantong suara yang terlewatkan atau tidak terdeteksi oleh lembaga survei tersebut," kata dia, Minggu (15/7/2012).
Pemilihan warga yang disurvei, tambah Toto, juga sebagian besar ibu rumah tangga karena paling mudah dijangkau. "Sementara, pemilih pemula yang memiliki kemungkinan sebagai swing voter terbesar justru tidak tertangkap oleh lembaga survei ini," sambungnya.
"Pemilih pemula ini umumnya anak sekolah yang sulit ditemui saat jam-jam survei karena mereka sedang sekolah," ujar Toto.
Kedua, kata dia, wilayah Jakarta memiliki jumlah massa mengambang yang sangat besar dibandingkan daerah lain. Saat disurvei umumnya massa ini akan menjawab ragu-ragu atau tidak tahu pilihannya. "Massa mengambang yang cair ini membuat survei kerap salah dan justru berbalik hasilnya," jelasnya.
"Ketiga, adanya konflik lembaga survei yang merangkap sebagai konsultan politik juga membuat hasil survei menjadi berat sebelah. Karena terkadang pertanyaan yang diajukan kepada warga mengarah untuk memilih ke salah satu pasangan calon," katanya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa tiga kesalahan ini yang tidak disadari oleh lembaga survei sehingga dapat mengatakan bahwa pasangan nomor urut satu akan menang mudah pada Pilkada DKI Jakarta 2012 yang menawarkan enam pasang calon.
"Selain itu, berbagai lembaga survei ini juga tampak tidak membaca angin perubahan yang berembus di tengah warga Jakarta," tegasnya.
Seperti diketahui, pasangan calon incumbent, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli kalah telak dari pasangan Joko Widodo-Basuki T Purnama dalam hitung cepat semua lembaga survei. Pasangan Foke-Nara meraih sekira 32 persen suara. Sementara, pasangan Joko Widodo-Basuki meraih rata-rata 44 persen.
0 KOMENTAR: