Alat Pendeteksi Gempa Ini Besutan Mahasiswa UNY

YOGYAKARTA – Baru-baru ini, sekelompok mahasiswa di Yogyakarta berhasil menciptakan alat pendeteksi gempa  berbasis mikrokontroler atmega8 dengan output suara (Sirine).

Sekelompk anak-anak kreatif yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta (PKM-KC) Uiversitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini, dimotori oleh Asep Abdul Syukur (Fisika), Rahmat Hodayat dan Muh Nana Aviciena (Teknik Elektronik).

Menurut Asep, timnya tergugah untuk menciptakan alat itu lantaran selama ini banyak alat pendeteksi gempa, namun dalam pengerjaannya rumit, diperlukan keahlian khusus, sehingga tidak semua orang bisa membuatnya.

Belum lagi, dibutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membeli alat-alat yang diperlukan, juga waktu serta pengujiannya yang memakan waktu lama. Dari situlah, mereka tertantang untuk membuat alat pendeteksi gempa yang murah, mudah cepat, tapi efisien dan efektif bagi masyarakat.

"Kami memberi nama alat itu Early Earthquake Warning System. Sederhana, tapi dibuat secara mandiri. Mengapa sederhana, karena memang ini dibuat dari barang-barang sederhana yang tersedia di pasaran secara luas sehingga masyarakat dapat mendapatkannya dengan mudah," ujar Asep, dalam keterangannya, seperti dirilis dari situs resmi kampus UNY.

Pembuatan alat ini cukup mudah karena menerapkan sistem rangkaian listrik tertutup. Artinya, tidak menerapkan sistem rangkaian atau instalasi listrik yang rumit. Peralatan yang dipergunakan yaitu  pegas, karet paralon, pipa besi, tiang alumunium, toa atau speaker, Accu, modulo bunyi dan lain-lain.

Karakteristik kerja dari alat ini menerapkan prinsip hukum Hooke, getaran yang terjadi pada suatu pegas. Selain itu, inti dari alat ini pun tidak sulit untuk dibuat dan dicari, karena hanya membutuhkan pegas yang bagus.

Pada saat terjadi getaran, pegas itu akan bergerak dan menyalakan sakelar sirine yang telah diatur pada rangkaian listriknya. Dengan demikian, masyarakat dapat membuat alat pendeteksi dan peringatan gempa bumi ini dengan mandiri dan alat ini bisa menjadi alternatif.

Rahmat menambahkan, Early Earthquake Warning System dapat dibangun dengan perangkat keras (hardware) sistem minimum ATmega8 sebagai input/output, maupun timer. satu buah push button yang digunakan sebagai tombol reset data.

Mekanik sensor yang dirancang dengan sistem pegas berbeban sebagai saklar elektronik. Sistem driver modul sirine menggunakan model relay SPDT dan penggunaan catu daya dengan model aki yang dapat dideteksi status keadaan baterainya. 

“Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam sistem ini menggunakan compiler CodeVisionAVR dengan pemrograman dengan bahasa C. Program ini telah berhasil mendeteksi setiap getaran yang dihasilkan pada sistem sensor, tampilan pada LCD dan push button sebagai tombol pengatur menu,” jelas Rahmat.

Unjuk kerja Early Earthquake Warning System telah dapat mendeteksi getaran gempa yang ada di dalam tanah dengan menggunakan kerja pegas berbeban sebagai saklar elektronik.

Selanjutnya, modul sirine akan mengeluarkan output berupa suara dan lampu yang akan bekerja saat terjadi gempa selama 2 jam sesuai standar yang ada. Setelah dilakukan kalibrasi di simulasi rumahan gempa Taman Pintar Yogyakarta dengan skala 4 richter, frekuensi gempa yang dapat terdeteksi pada alat ini adalah 12 Hz.

0 KOMENTAR:

Copyright © 2012 Berita Terbaru.